Bangun Karakter Lebih Daripada Bangun Citra Diri

. Hits: 135

Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 1 Agustus 2021 Oleh Pdt. Andrew M. Assa

Ketika kita sedang masuk dalam rencana Allah, kadangkala rencana Allah beda dengan pikiran kita. Rencana Allah melibatkan setiap peristiwa termasuk berhasil atau gagalnya hidup kita. Rupanya Tuhan punya rencana di dalamnya, lewat proses semuanya itu membentuk karakter kita. Dan ketika kita tetap mau cari kehendak-Nya, karakter Kristus itu terbentuk dalam hidup kita.

2 Tawarikh 15:5-6 – [15:5] Pada zaman itu tidak dapat orang pergi dan pulang dengan selamat, karena terdapat kekacauan yang besar di antara segenap penduduk daerah-daerah. [15:6] Bangsa menghancurkan bangsa, kota menghancurkan kota, karena Allah mengacaukan mereka dengan berbagai-bagai kesesakan.

Raja Asa sebagai raja Yehuda, dia harus dengar firman Allah, nubuatan dari nabi yang memperingatkannya. Karena memang kondisinya orang tidak bisa pergi dan pulang dengan selamat—tepat seperti kondisi kita sekarang, sepertinya ada kekacauan besar. 2 Tawarikh 15:7, Tuhan berfirman untuk setiap kita: Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada upah bagi usahamu!" Tuhan sendiri yang menjadi upah (Kejadian 15:1). Raja Asa, dia harus kuatkan hatinya, bukan berarti dia sempurna, dia juga punya pasang surut kehidupan.

Sesudah raja Asa meninggal, Yosafat anaknya yang menggantikan dia untuk menjadi raja. Dalam keterbatasan raja Asa ketika dia pegang firman Allah, dia bisa gagal. Tapi di akhir hidupnya, dia tetap pegang firman Allah, hidup dalam kehendak Tuhan. Dan itu yang diwariskan kepada anaknya.

2 Tawarikh 17:3-4 - ... melainkan mencari Allah ayahnya. Ia hidup menurut perintah-perintah-Nya dan tidak berbuat seperti Israel. Ini yang diperbuat raja Yosafat di awal pemerintahannya. Raja Yosafat dalam keterbatasannya—dia punya ayah yang tidak sempurna juga—dia tetap mencari Tuhan, ganti hanya membangun citra diri, dia bangun karakter cari Tuhan. Ketika Yosafat tahu pasang surut kehidupan orangtuanya, dia tetap cari Allah ayahnya. 2 Tawarikh 17:7, 9-10, yang dilakukan raja Yosafat mulai dari dirinya dan ia mengutus beberapa pembesarnya untuk mengajar firman Tuhan di kota-kota Yehuda. Ketakutan dari Tuhan menimpa semua kerajaan di sekeliling Yehuda, sehingga mereka tidak berani berperang melawan Yosafat. Berapa banyak kali kita berpikir kalau saya membesarkan pengaruh saya, itu yang akan membuat orang segan. Yosafat mulai lihat dari nenek moyangnya Daud—Daud tidak sempurna juga, tapi Daud punya sikap I have set the Lord always before me. Ketika Yosafat lebih mencari kehendak Tuhan, ketakutan kepada kerajaannya itu melanda kerajaan-kerajaan sekelilingnya. Ketika kita benar-benar mau mencari Tuhan, tidak usah dibuat-buat, orang akan segan. Ada sebuah karisma yang muncul, karisma itu bukan soal kita membangun karisma atau citra diri kita, tapi karena mencari Tuhan.

Apakah Yosafat tidak pernah salah? Yosafat menjadi besan raja Ahab (2 Tawarikh 18). Bukan berarti raja Yosafat baik-baik saja, dia mengalami pasang surut kehidupan. Ketika akan berperang melawan Ramot-Gilead, raja Ahab mulai mengajak raja Yosafat untuk ikut berperang. Raja Yosafat punya sikap dia lebih mencari Tuhan, mencari nabi-nabi untuk bertanya. Raja Ahab mempunyai nabi-nabi yang selalu akan menubuatkan yang baik kalau ada makanan di mulut (melayani karena berkat). Dan waktu itu semua nabi-nabi menubuatkan yang baik untuk raja Ahab. Tapi Yosafat merasa itu bukan kehendak Tuhan, raja Ahab berkata masih ada nabi Mikha--yang menubuatkan suara Tuhan (Mikha 3:5). Raja Yosafat sekalipun dia raja, dia tetap dengar suara Tuhan. Dalam peperangan itu, raja Yosafat tertangkap musuh Raja Ahab. Dia tetap berseru kepada Tuhan, Tuhan luputkan dia. Ada orang yang memanah sembarangan dan mengenai raja Ahab.

2 Tawarikh 19:6-11. Di dalam kepemerintahan Yosafat, dia lebih mengatur untuk takut akan Tuhan. Dia mengangkat hakim yang takut akan Tuhan. Dia lebih mencari Tuhan. Cari kehendak Tuhan lebih dari sekadar membangun citra diri kita. Karena di dalam kehendak Tuhan dan waktu kita jalani, karakter kita terbentuk.

2 Tawarikh 20:3, satu kali Yosafat terkepung dari keempat penjuru, ketika sedang takut dia putuskan untuk mencari Tuhan (darash: mencari Tuhan di dalam pujian dan penyembahan Ulangan 4:29; ada perlindungan Ulangan 11:12), lebih dari mencari citra dirinya. Amsal 29:25 [BIMK] – Takut akan pendapat orang, mengakibatkan kesusahan. Percayalah kepada TUHAN, maka engkau akan aman. Tuhan buat penghadangan sehingga musuh justru saling bunuh satu dengan yang lain. Ketika Yosafat dan pasukannya sampai ke lembah itu, semua musuhnya sudah mati dan mereka tinggal mengumpulkan barang-barang yang berharga tiga hari tiga malam. Bahkan Tuhan membuat Yosafat aman dari keempat penjuru (2 Tawarikh 20:29-30).

Menjelang akhir hidupnya, dia bersekutu dengan Ahazia, menantunya. Ahazia mengajak untuk membuat kapal untuk mengangkut emas ofir untuk memperkaya diri. Dia tidak bertanya kepada Tuhan. 2 Tawarikh 20:35-37. Usaha Yosafat gagal, kapalnya pecah. Namun Yosafat tetap dengar suara Tuhan lewat nabi Eliezer. Yosafat tidak marah ketika ditegur nabi Eliezer, dia tetap ikuti Firman Tuhan daripada ajakan Ahazia (1 Raja-raja 22:50). Di akhir hidupnya ia mati di dalam takut akan Tuhan. Dia cari Tuhan sejak dia masih muda, dan tidak pernah rugi ketika kita mencari Tuhan.

Amin.