Melihat Dan Menjadi Peka

. Hits: 174

Ringkasan Khotbah Minggu Sore, 29 Agustus 2021 – Oleh Pdt. Yani Arfianto

Ketika kita melihat sesuatu, kita belajar dari apa yang kita lihat. Dalam olahraga, pelatih melihat siapa lawan yang akan dihadapi. Ada strategi yang dikumpulkan, menganalisa kelemahan dan kelebihan lawan. Allah mau ketika kita melihat sekeliling kita, ada satu respon yang membuat kita semakin dekat dengan Tuhan. Peka yaitu mudah bergerak atau kesanggupan bereaksi terhadap keadaan. Ketika melihat sesuatu, memiliki respon untuk melakukan hal yang positif.

Yesaya 6:9, 10, “Kemudian firman-Nya: "Pergilah, dan katakanlah kepada bangsa ini: Dengarlah sungguh-sungguh, tetapi mengerti: jangan! Lihatlah sungguh-sungguh, tetapi menanggap: jangan! Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh."

Tuhan memberikan panggilan pada Israel untuk bertobat. Bangsa ini meresponi dengan pertobatan. Tetapi Tuhan sudah tahu karakter bangsa Israel yang tegar tengkuk. Mereka melakukan firman Tuhan karena kebiasaan, bangga dengan nenek moyang yang dekat dengan Tuhan, tetapi mereka mencampuradukkan dosa dengan hal yang bersifat rohani. Tuhan ingin ada kepekaan rohani dalam hidup mereka, agar mereka melakukan firman dari dasar hati yang paling dalam.

Matius 13:13-15, Tuhan menggambarkan nubuatan nabi Yesaya ini dengan perumpamaan. Tujuan perumpamaan adalah kedalaman dan kebenaran ilahi itu mudah diingat, ada ketegasan Allah yang mengandung makna ajaran-ajaran. Tuhan mau ketika kita melihat dan mendengar sekeliling kita, muncul kepekaan rohani. Ayat 14, seringkali ketika melihat fakta, ada analisa dan respon kita sebagai manusia. Respon tersebut seringkali salah karena tidak ada kepekaan. Kata melihat berarti mengerti, memahami dan timbul kepekaan. Kepekaan akan memberikan pertimbangan dan memberikan respon yang positif. Kata mendengar artinya memahami, yang juga akan memberikan pertimbangan dan respon yang luar biasa.

Apa keuntungan kalau kita mempunyai kepekaan rohani setelah kita melihat sekeliling kita? Ayub 2:9,10, manusia seringkali seperti istri Ayub. Apa yang dia lihat, menghasilkan respon dan ingin segera menyelesaikan segala sesuatu, patah semangat. Namun, orang yang melihat dan menjadi peka, saat pergumulan datang, kepekaannya akan menilai bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu, ayat 10. Ayub memiliki kepekaan, ia tidak berdosa dengan bibirnya. Manusia sering menyalahkan keadaan dan hitung-hitungan dengan Tuhan. Di balik fakta yang Ayub lihat, dia melihat kuasa Tuhan sanggup merubah segala sesuatu.

Ayub 19:17-22, bila melihat keadaan Ayub, dia tidak melepaskan kepekaan rohani dan kuasa Tuhan yang mengubahkan. Ayub mempunyai filter supaya tidak terkontaminasi penilaian sekelilingnya. Ayub 19:25-27, [19:27] “yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.” Ayub melihat yang orang lain tidak lihat. Keadaan dan vonis boleh mengecewakan, tetapi dia memiliki kepekaan, tahu bagaimana Allah sanggup membalikkan keadaan.

Penilaian manusia seringkali hanya dengan melihat dan mendengar. Dalam keseharian kita, ada ruang khusus untuk aktivitas sehari-hari. Kita pun punya ruang khusus dalam hati yang harus kita jaga. Miliki kepekaan, hal ini akan mengingatkan pada Allah yang menyatakan janji-Nya dalam hidup kita. Karena kalau hati dijaga dengan segala kewaspadaan, akan memancarkan kehidupan. Sehingga dalam keadaan apapun kepekaan itu akan mengingatkan kebaikan Tuhan dan janji-janji-Nya.

Kalau kita melihat dan tidak menjadi peka, akibatnya ada kekalahan. Ulangan 1:26, 27, sepuluh pengintai melaporkan hal busuk melalui penilaian mereka. Bilangan 13:30-33, mereka melupakan janji Tuhan, marah pada Yosua dan Kaleb. Mereka melaporkan yang jahat, mengecilkan kuasa Tuhan dengan menyamakan diri dengan belalang. Mereka tidak peka pada janji Tuhan, tanah penuh susu dan madu dikatakan tanah yang membinasakan.

Apa akibatnya bagi yang peka? Ulangan 1:29-33, sama-sama melihat orang Enak yang gagah perkasa, tetapi dengan kepekaannya, Yosua dan Kaleb yakin Tuhan akan buka jalan. Ulangan 1:34-40, ada berkat, perlindungan, kekuatan ketika kita melihat dan menjadi peka. Di masa-masa ini, apa yang kita hadapi? Tetaplah peka, Allah yang kita sembah tidak pernah meninggalkan kita, karena Allah bertanggung jawab atas hidup kita.

1 Samuel 30:6, ketika Daud terjepit, dia menguatkan imannya. Daniel 3:16-18, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tetap menyembah Tuhan meskipun menghadapi dapur api. Ketika melihat, mereka tidak menjadi takut, karena mereka percaya Allah sanggup melakukan mukjizat tepat pada waktunya.

Matius 13:16-23, kalau kita tempatkan firman Tuhan di dasar hati yang paling baik—tanah yang subur, akan berbuah. Buah itu akan memunculkan kepekaan rohani. Apapun musim hidup kita, ada kekhawatiran dan kecemasan, Allah sanggup memberikan kekuatan.

Amin.